Sabtu, 09 Februari 2013

salep


BAB I


PENDAHULUAN


1.1     Latar belakang

Salep / unguentum sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Salep/ Uguentum itu sendiri sering diigunakan untuk pemakaian topikal.

Namun banyak masyarakat luas yang tidak tau manfaat dan tujuan apa yang terkandung dalam salep/unguentum itu sendiri.

Pembahasan mengenai unguentum/salep merupakan hal yang mutlak diketahui mahasiaswa mengenai macam-macam bentuk sediaaan obat.

Untuk itu mahasiswa khususnya farmasi harus tau ciri-ciri apa saja dalam pembuatan salep,penggolongan salep,tujuan dibuatnya salep,macam-macam salep dll.

Hal ini dilakukan bertujuan agar mahasiswa mengerti dan memahami betul mengenai seluk beluk tentang salep/unguentum.


1.2     Maksud dan Tujuan

1.   Agar mengetahui dan memahami secara mendalam tentang salep.
2.   Agar mengetahui macam-macam penggolongan dari salep.
3.   Agar mengetahui tujuan dibuatnya salep.
4.   Agar mengetahui bagaimana aturan membuat salep yang benar.
5.   Agar mengetahui ciri-ciri tentang salep











BAB II


ISI


2.1 Pengertian Salep (unguentum)

  Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat kelompok yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep larut dalam air. Salep obat menggunakan salah satu dari dasar salep tersebut (FI IV, hal. 18).
Bahan aktif harus larut dan terdispersi dalam dasar salep yang cocok Untuk mencapai hasil yang dimaksud. Dasar salep bila tidak dinyatakan lain adalah vaselin  album, namun tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaiannya, dasar salep yang digunakan untuk pembawa zat berkhasiat  menurut di FI ed. IV ada 4 kelompok yaitu:

1. Dasar salep senyawa hidrokarbon, dikenal juga dengan dasar salep berlemak  oleh karena itu hanya sejumlah kecil komponen berair yang dapat dicampurkan ke dalamnya. Dasar salep ini digunakan dengan maksud memperpanjang kontak bahan obat ke kulit  dan bertindak sebagai pembalut/ penutup.banyak digunakan sebagai emolien, tidak mudah kering, sukar dicuci dan tidak tampak berubah dalam waktu lama. Antara lain: vaselin album, vaselin flavum.

2. Dasar salep serap , dibagi lagi dalam dua kelompok yaitu yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak . contohnya parrafimun hidrofilik dan lanolinum anhidrat. Kelompok kedua yang terdiri atas emulsi air dalam lemak yang dapat bercampur dengan sejumlah air tambahan, contohnya lanolinum.
  
  3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air,  dasar salep jenis ini adalah emulsi minyak dalam air, dasar salep ini mudah dicuci dari kulit atau dengan lap basah sehingga lebih mudah diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa zat juga menjadi lebih efektif bila menggunakan dasar salep ini dibanding dasar salep hidro karbon, dasar salep ini juga dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik . contoh dasar salep ini krim/ cremomes.

 4. Dasar salep yang larut dalam air , disebut juga dasar salep tak berlemak yang terdiri dari konstituen larut air. Memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep  yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut air seperti parrafin, lanolinum. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel.contohnya polyetilenglikol.

                                               
2.2 Penggolongan Salep
* Berdasarkan Kerja Farmakologi (Art of Compounding, hal 339), ada 3 golongan: 
a.Salep Epidermik
•Salep ini dimaksudkan hanya bekerja dipermukaan kulit untuk menghasilkan efek lokal.
•Diharapkan tidak diserap dan hanya berlaku sebagai pelindung, antiseptik, astringen melawan rangsangan (yaitu sebagai anti radang) dan parasitida.
•Dasar salep yang sering dipakai adalah vaselin.
b.Salep Endodermik
•Dimaksudkan untuk melepaskan obat ke kulit tetapi tidak menembus kulit, diserap sebagian  saja. 
•Salep ini dapat berlaku sebagai emolien, stimulan dan  lokal iritan
•Dasar salep terbaik yang digunakan adalah minyak tumbuhan dan minyak alami.
c.Salep Diadermik
•Salep ini dimaksudkan untuk melepaskan obat menembus kulit dan menimbulkan efek konstitusi (efek terapi yang diinginkan). Namun hal ini tidak lazim digunakan dan termasuk pemakaian khusus obat-obat seperti senyawa raksa, iodida dan belladona.
•Dasar salep yang terbaik digunakan adalah lanolin, adeps lanae dan oleum cacao.
* Berdasarkan Penetrasi (RPS 16, 1518-1519), salep dikelompokkan menjadi :
a.Mempunyai efek permukaan
Mempunyai efek permukaan, memiliki aktivitas membentuk lapisan film yang bertujuan untuk mencegah hilangnya kelembaban (sebagai protektif), efek membersihkan ataupun sebagai antibakteri. Pembawa (basis) harus dapat memudahkan kontak dengan permukaan dan melepaskan zat aktif ke sasaran.
b.Mempunyai efek pada stratum korneum
Contoh salep dengan efek ini adalah sediaan sunscreen yang mengandung asam p-amino benzoat yang berpenetrasi ke stratum korneum.
c.Mempunyai efek epidermal
Pada salep ini obat/zat aktif dapat penetrasi kelapisan kulit yang paling dalam.
 *  Berdasarkan Sifat Farmasetik
1.   Salep berbasis Minyak.
   Lemak hewan
   Minyak nabati
   Hidro karbon
   Silikon.
2.   Salep berbasis Emulsi
   Emulsi                    O/W  (banyak air ).
   Emulsi                    W/O  (banyak minyak).
3.   Salep berbasis Absorbsi
  Basis Anhidrosus / basis hidrofilik.
-     adepslanae
-     hydrophilik pentrolatum
   Basis W/O yang berisi sedikit air yang bisa menarik air
4.   Salep berbasis larut air
Syarat Vehikulum salep :
   Indefferent
   Tak berbau
   pH netral
   Tidak merangsang
   Stabil pada penyimpanan
   Tidak meninggalkan bercak.

Macam Vehikulum salep:
1.   Hidrokarbun
   Vaselinum album (Vaselinum putih), Vaselinum flavum (Vaselinum kuning)
   Paraffinum liguidum (Paraffinum cair), Paraffinum solidum (Paraffinum padat)
2.   Minyak nabati
   Oleum : sesami (Minyak wijen), olivarum (Minyak zaitun), amygdalarum (Minyak amandel), arachidis (Minyak kacang), cocos (Minyak kelapa)
3.   Minyak hewan
   Adeps (minyak bulu) : lanae (domba), suilus (babi) ancenirus (angsa)
   Lanolinum
   Cera (lilin lebah), flava, alba.

Menurut karakteristik fisik-konsistensi dapat dibagi dalam tiga kelompok:
      Cair kental / encer              : Linimentum.
      Setengah padat                   : Unguentum, Cream, Pasta.
      Lebih bersifat Padat            : Sapo Medicatus, Emplastrum.

a.    Linimentum = obat gosok
      Sediaan kental / cair yg dioleskan / digosokkan pada kulit.
Latin, linere; gosokkan yg banyak, kontor iritan  Balsem dll.
Ø   Linementum dapat berupa  :
-  Larutan zat berkhasiat dalam lemak.
-  Emulsi dll  ( minyak + Air ditambah bantuan yg lainnya).
Keuntungan Linimentum dibanding Unguentum.
    Lebih mudah dicuci dari kulit, sehingga merupakan bentuk sediaan yang baik bila diberikan pada bagian kulit yang berambut dan juga kulit muka dan kulit bayi yang halus.
    Penetrasi obat lebih baik dari sediaan Unguentum.
Contoh   :
      Ganda pura    isi multi salisilat.
      Zink – Olie  = Pasta zinci oleosa
      BBE  = Benzylin  Benzoas  Emulsion.
      Linimentum Sulfuris
( Belerang + Minyak kelapa )
 20 %  + Follium Coccus  =  dipanaskan.
b.    Unguentum  =  Salep.
Definisi   :       Bentuk sediaan obat  ½  padat
                        Mudah dioleskan tanpa kekerasan / pemanasan.
                        Bahan obat terdisporsi secara homogen
Ditinjau dari kegunaan dalam terapi, unguentum dapat dikelompokkan menjadi 3  :
1. Ungumentum Epedermis.
   Untuk epidermis / kulit bagian luar.
   Vetikulum ( pembawa obat ) vesilin atau campuran Hidrokarbon.
2. Unguentum Mukosa
   Vetikulum  : vaselin + 10 % - 20 %  adeps lanae  ( lemak bulu domba )
   Untuk mukosa (basah) : rectum, hidung, mata, mulut.
   Agar > encer bisa ditambah paraffin liquidum atau minyak lain.
3.   Unguentum Endodermik
   Bekerja > dalam dari permukaan kulit.
   Vehikulum  =  Adeps  lanae, lanolin  dll.
Adeps lanae Com hidrucum ( menyerap air ).
c.     Cream =  Cremor  =  Krim
Definisi : Salep yang banyak mengandung air, sehingga memberikan perasaan sejuk bila dioleskan pada kulit.
Sebagai vehikulum dapat dipakai emulsi kental berupa:
            1. Emulsi W/O
            2. Emulsi O/W
Emulgator merupakan bahan pengemulsi, yang paling baik adalah yang bersifat non tonik karena tak bereaksi dengan bahan aktif.
Keuntungan  Cream   :
1.      Aplikasi mudah
2.      Mendinginkan kulit
3.      Mudah dibersihkan.
Kerugian  :
1.     Tidak stabil terutama bila kena asam organik ( As salisilat, As Benzonat, Asam tanat ) dan panas.
2.      Mudah mengering karena cairan menguap.
Indikasi   Cream  :
1.      Imflamasi akut
2.      Dermatosis luas
3.      Penetrasi (Emulgator tuwen, span)
4.      Daerah berambut (O/W)
5.      Kulit kering (W/O).

d.    PASTA.
      Sediaan setengah padat yang mengandung bahan padat : 40 – 50 %
      Sifat:
-         Tak memberikan rasa “berminyak”
-         Sebagai bahan padat : zinci oxydum, calcii carbonas (kapur), amylum (pati), talcum (silikat)
      Kelebihan Pasta:
-         Mengikat cairan sekret
-         Tidak iritasi lokal karena tidak penetrasi
-         Lebih melekat pada kulit
-         Mempunyai daya abrasif (daya menggosok) untuk pembersih gigi
      Kekurangan pasta
-         Lebih keras dari pada unguentum sehingga sukar dioleskan dan kadang nyeri.
-         Sukar dibersihkan
-         Contoh : pasta lassari (anti septik), pasta dentrifrika (penyegar gigi)

e.     Sapo  =  Sabun.
Definisi
Sediaan  ½  padat / cair untuk obat luar yang penggunaannya digosok sampai berbusa, dibiarkan sebentar lalu dicuci bersih.
Didapat dari proses penyabunan alkali dengan lemak atau asam lemak tinggi.
Tujuan
     Anti septik
     Anti ketombe
     Anti akne
     Anti jamur
Keuntungan:
Daerah pengobatannya luas, bersih tak berbekas.
Contoh   :
1.      Sapo kalimas, sabun Hijau
     Lemak, kuning kehijau-hijauan / kecoklatan
     Mengandung Glycerin
     Dibuat dari KOH + Minyak Nabati.
2.   Sapo Medicating
     Keras kekuning-kuningan tidak mengandung Glicerin.
     Dibuat dari Na OH + Minyak / Lemak meningkat.
Sapo Superadiparatus.dibuat dari sapo medicatus + 16 % Sapo kalimas + 4 % adeps lanal.
Sapo Superadipatus sering digunakan sebagai basis bagi bahan berkhasiat
     Balsanum peruvianum                            Sabun Purol
     Ichtyol                                                        Sabun Ichtyol
     Sulfur Precipitatum                               Sabun Deosulfur
     Phenol                                                Sabun Anti septik
     Oxymercuri –O- Toluyl Natrium     Sabun Afridol.

f.       Collemplastrum (Plester)
Definisi    :
Sediaan  ½  padat yang penggunaannya sebagai obat luar, dioleskan pada kain yang elastis , diaplikasikan pada kulit yang sakit.
Tujuan  :
     Counter Irritant
     Keratolitik
     Anti septik
Contoh   :
     Collemplastum ad clavos : mengandung Acidum Salicylicum konsentrasi tinggi (10-20%)sebagai keratolitik untuk clavus (katimumul).
     Collemplastrum Zinci Oxydi : mengandung Zinci Oxydum sebagai antiseptik. Contohnya (Leucoplast).
     Collemplastrum yang mengandung MethylSalicylas atau Oleoresin dari Capsicum untuk ditempelkan pada kulit guna mengurangi berbagai penyakit otot secara lokal (myalgia). Contohnya Salonpas.

     Collemplastrum Zinci Oxydi : mengandung Zinci Oxydum sebagai antiseptik. Contohnya (Leucoplast).
     Collemplastrum yang mengandung MethylSalicylas atau Oleoresin dari Capsicum untuk ditempelkan pada kulit guna mengurangi berbagai penyakit otot secara lokal (myalgia). Contohnya Salonpas.

2.3 Persyaratan salep
Persyaratan Salep (Repetitorium Teknologi Sediaan Steril, Benny Logawa,46)
•Bersifat  mudah berubah bentuk dengan adanya energi mekanis, sepertiàplastis  penggosokan pada saat penggunaannya, sehingga mudah menyesuaikan dengan profil permukaan tubuh tempat salep digunakan. 
 yang memungkinkan bentuknya stabil saat penyimpanan dan setelah digosokkan pada kulità•Memiliki struktur gel
•Ikatan  yang bersifatàpembentukan struktur gel berupa ikatan van der walls reversibel secara teknis, sehingga viskositas salep akan menurun dengan meningginya suhu. Hal ini diharapkan terjadi pada saat salep digosokkan pada kulit.
•Harus agar setelah digosokkan pada kulit dapatàmemiliki aliran tiksotropik membentuk kembali viskositas semula, hal ini mencegah mengalirnya salep setelah digososkkan pada kulit.

2.4 Aturan Umum Salep
Van Duin hal 115-122, Ilmu Meracik Obat, hal. 55
•Zat yang dilarutkan dalam dasar salep dilarutkan bila perlu dengan pemanasan rendah. 
Pada umumnya kelarutan obat yang ditambahkan dalam salep lebih besar dalam minyak lemak daripada dalam vaselin misalnya kamfora, mentol, fenolum, timolum dan guayakolum dilarutkan dengan cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila dasar salep mengandung vaselin, zat-zat digerus halus, dan ditambahkan sebagian (kira-kira sama banyak)  vaselin sampai homogen, baru ditambahkan sisa vaselin dan dasar salep yang lain. Kamfora dilarutkan dalam spritus fortior secukupnya sampai larut baru ditambah dasar salep sedikit demi sedikit.
•Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu mendukung/menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang tersedia, setelah itu ditambahkan bagian dasar salep yang lain. 
   Contoh zat yang melarut dalam air adalah kalium iodide, tanin, natrium penisilin. Dasar salep yang menyerap air adalah adeps lanae, unguentum simplex, dan dasar salep hidrofilik. Dasar salep yang sudah mengandung air adalah lanolin (25% air), unguentum liniens (25%), unguentum cetylicum hydrosum (40%). 
•Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih dulu diserbuk dan diayak dengan derajat ayakan 100.
   Contohnya : ZnO dan Acidum boricum. Zat yang telah diserbuk dicampur dengan dasar salep (sama banyak), bila perlu dasar salep dilelehkan dahulu (dalam mortir dan stamper panas), setelah itu ditambahkan bahan-bahan lain sedikit demi sedikit sambil digerus, untuk mencegah pengkristalan pada waktu pendinginan seperti Cera flava, Cera alba, Cetylalcoholum dan Parafinumsolidum tidak tersisa dari dasar salep yang cair dan lunak. Asam borat tidak boleh dengan pemanasan.
•Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harus diaduk sampai dingin.
 Bila bahan-bahan dari salep mengandung kotoran, maka masa salep yang meleleh perlu dikolir (disaring dengan kain kasa). Masa kolatur ditampung dalam mortar panas dan diaduk sampai dingin. Pada pengkoliran ini terjadi masa yang hilang, maka bahan-bahannya harus dilebihkan 10-20%.

2.5 Tujuan Pembuatan Salep
•Pengobatan lokal pada kulit
•Melindungi kulit (pada luka agar tidak terinfeksi)
•Melembabkan kulit










BAB III


PENUTUP

3.1 Kesimpulan

·           yang dimaksud dengan salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat kelompok yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep larut dalam air.
·           Penggolongan salep Berdasarkan Kerja Farmakologi ada : Salep Epidermik, Salep Endodermik, Salep Diadermik.
·           Tujaun dibuat salep : Pengobatan lokal pada kulit, Melindungi kulit (pada luka agar tidak terinfeksi), Melembabkan kulit.
·           Penggolongan salep berdasarkan Sifat Farmasetik : Salep berbasis Minyak,salep berbasis emulsi,salep berbasis absorbsi,salep berbasis larut air.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar