BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Salep / unguentum sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Salep/
Uguentum itu sendiri sering diigunakan untuk pemakaian topikal.
Namun banyak masyarakat luas yang tidak tau manfaat dan tujuan apa yang
terkandung dalam salep/unguentum itu sendiri.
Pembahasan mengenai unguentum/salep merupakan hal yang mutlak diketahui mahasiaswa mengenai
macam-macam bentuk sediaaan obat.
Untuk itu mahasiswa khususnya farmasi harus tau ciri-ciri apa saja dalam
pembuatan salep,penggolongan salep,tujuan dibuatnya salep,macam-macam salep
dll.
Hal ini dilakukan bertujuan agar mahasiswa mengerti dan memahami betul
mengenai seluk beluk tentang salep/unguentum.
1.2 Maksud dan Tujuan
1. Agar mengetahui dan memahami secara mendalam tentang salep.
2. Agar mengetahui macam-macam penggolongan dari salep.
3. Agar mengetahui tujuan dibuatnya salep.
4. Agar mengetahui bagaimana aturan membuat salep yang benar.
5. Agar mengetahui ciri-ciri tentang salep
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Salep (unguentum)
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan
untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang
digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat kelompok yaitu dasar salep senyawa
hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan
dasar salep larut dalam air. Salep obat menggunakan salah satu dari dasar salep
tersebut (FI IV, hal. 18).
Bahan aktif harus larut dan terdispersi dalam
dasar salep yang cocok Untuk mencapai hasil yang dimaksud. Dasar salep bila
tidak dinyatakan lain adalah vaselin album, namun tergantung dari sifat
bahan obat dan tujuan pemakaiannya, dasar salep yang digunakan untuk pembawa
zat berkhasiat menurut di FI ed. IV ada 4 kelompok yaitu:
1. Dasar salep senyawa hidrokarbon, dikenal
juga dengan dasar salep berlemak oleh karena itu hanya sejumlah kecil
komponen berair yang dapat dicampurkan ke dalamnya. Dasar salep ini digunakan
dengan maksud memperpanjang kontak bahan obat ke kulit dan bertindak
sebagai pembalut/ penutup.banyak digunakan sebagai emolien, tidak mudah kering,
sukar dicuci dan tidak tampak berubah dalam waktu lama. Antara lain: vaselin
album, vaselin flavum.
2. Dasar salep serap , dibagi lagi dalam dua kelompok yaitu yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak . contohnya parrafimun hidrofilik dan lanolinum anhidrat. Kelompok kedua yang terdiri atas emulsi air dalam lemak yang dapat bercampur dengan sejumlah air tambahan, contohnya lanolinum.
2. Dasar salep serap , dibagi lagi dalam dua kelompok yaitu yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak . contohnya parrafimun hidrofilik dan lanolinum anhidrat. Kelompok kedua yang terdiri atas emulsi air dalam lemak yang dapat bercampur dengan sejumlah air tambahan, contohnya lanolinum.
3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan
air, dasar salep jenis ini adalah emulsi minyak dalam air, dasar salep
ini mudah dicuci dari kulit atau dengan lap basah sehingga lebih mudah diterima
untuk dasar kosmetik. Beberapa zat juga menjadi lebih efektif bila menggunakan
dasar salep ini dibanding dasar salep hidro karbon, dasar salep ini juga dapat
diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan
dermatologik . contoh dasar salep ini krim/ cremomes.
4. Dasar salep yang larut dalam air ,
disebut juga dasar salep tak berlemak yang terdiri dari konstituen larut air.
Memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan
air dan tidak mengandung bahan tak larut air seperti parrafin, lanolinum. Dasar
salep ini lebih tepat disebut gel.contohnya polyetilenglikol.
2.2
Penggolongan Salep
* Berdasarkan Kerja Farmakologi (Art of
Compounding, hal 339), ada 3 golongan:
a.Salep
Epidermik
•Salep
ini dimaksudkan hanya bekerja dipermukaan kulit untuk menghasilkan efek lokal.
•Diharapkan
tidak diserap dan hanya berlaku sebagai pelindung, antiseptik, astringen
melawan rangsangan (yaitu sebagai anti radang) dan parasitida.
•Dasar
salep yang sering dipakai adalah vaselin.
b.Salep
Endodermik
•Dimaksudkan
untuk melepaskan obat ke kulit tetapi tidak menembus kulit, diserap sebagian
saja.
•Salep
ini dapat berlaku sebagai emolien, stimulan dan lokal iritan
•Dasar
salep terbaik yang digunakan adalah minyak tumbuhan dan minyak alami.
c.Salep
Diadermik
•Salep
ini dimaksudkan untuk melepaskan obat menembus kulit dan menimbulkan efek
konstitusi (efek terapi yang diinginkan). Namun hal ini tidak lazim digunakan
dan termasuk pemakaian khusus obat-obat seperti senyawa raksa, iodida dan
belladona.
•Dasar
salep yang terbaik digunakan adalah lanolin, adeps lanae dan oleum cacao.
* Berdasarkan Penetrasi (RPS 16, 1518-1519),
salep dikelompokkan menjadi :
a.Mempunyai
efek permukaan
Mempunyai
efek permukaan, memiliki aktivitas membentuk lapisan film yang bertujuan untuk
mencegah hilangnya kelembaban (sebagai protektif), efek membersihkan ataupun
sebagai antibakteri. Pembawa (basis) harus dapat memudahkan kontak dengan
permukaan dan melepaskan zat aktif ke sasaran.
b.Mempunyai
efek pada stratum korneum
Contoh
salep dengan efek ini adalah sediaan sunscreen yang mengandung asam p-amino
benzoat yang berpenetrasi ke stratum korneum.
c.Mempunyai
efek epidermal
Pada
salep ini obat/zat aktif dapat penetrasi kelapisan kulit yang paling dalam.
* Berdasarkan Sifat Farmasetik
1. Salep berbasis Minyak.
Lemak
hewan
Minyak
nabati
Hidro
karbon
Silikon.
2. Salep berbasis Emulsi
Emulsi
O/W (banyak air ).
Emulsi
W/O (banyak minyak).
3. Salep berbasis Absorbsi
Basis
Anhidrosus / basis hidrofilik.
- adepslanae
- hydrophilik
pentrolatum
Basis
W/O yang berisi sedikit air yang bisa menarik air
4. Salep berbasis larut air
Syarat Vehikulum salep :
Indefferent
Tak
berbau
pH
netral
Tidak
merangsang
Stabil
pada penyimpanan
Tidak
meninggalkan bercak.
Macam Vehikulum salep:
1. Hidrokarbun
Vaselinum
album (Vaselinum putih), Vaselinum flavum (Vaselinum kuning)
Paraffinum
liguidum (Paraffinum cair), Paraffinum solidum (Paraffinum padat)
2. Minyak
nabati
Oleum
: sesami (Minyak wijen), olivarum (Minyak zaitun), amygdalarum (Minyak
amandel), arachidis (Minyak kacang), cocos (Minyak kelapa)
3. Minyak
hewan
Adeps
(minyak bulu) : lanae (domba), suilus (babi) ancenirus (angsa)
Lanolinum
Cera
(lilin lebah), flava, alba.
Menurut karakteristik fisik-konsistensi dapat dibagi
dalam tiga kelompok:
Cair kental /
encer
: Linimentum.
Setengah
padat
: Unguentum, Cream, Pasta.
Lebih bersifat
Padat : Sapo
Medicatus, Emplastrum.
a.
Linimentum = obat gosok
Sediaan kental / cair yg dioleskan / digosokkan pada kulit.
Latin,
linere; gosokkan yg banyak, kontor iritan Balsem dll.
Ø Linementum dapat
berupa :
-
Larutan zat berkhasiat dalam lemak.
-
Emulsi dll ( minyak + Air ditambah bantuan yg lainnya).
Keuntungan Linimentum dibanding Unguentum.
Lebih mudah dicuci dari kulit, sehingga
merupakan bentuk sediaan yang baik bila diberikan pada bagian kulit yang
berambut dan juga kulit muka dan kulit bayi yang halus.
Penetrasi
obat lebih baik dari sediaan Unguentum.
Contoh
:
Ganda pura isi multi salisilat.
Zink – Olie = Pasta zinci oleosa
BBE = Benzylin Benzoas Emulsion.
Linimentum Sulfuris
(
Belerang + Minyak kelapa )
20
% + Follium Coccus = dipanaskan.
b.
Unguentum = Salep.
Definisi : Bentuk sediaan obat ½ padat
Mudah dioleskan tanpa kekerasan / pemanasan.
Bahan obat terdisporsi secara homogen
Ditinjau dari kegunaan dalam terapi, unguentum dapat dikelompokkan
menjadi 3 :
1.
Ungumentum Epedermis.
Untuk epidermis / kulit bagian luar.
Vetikulum
( pembawa obat ) vesilin atau campuran Hidrokarbon.
2. Unguentum
Mukosa
Vetikulum
: vaselin + 10 % - 20 % adeps lanae ( lemak bulu domba )
Untuk
mukosa (basah) : rectum, hidung, mata, mulut.
Agar
> encer bisa ditambah paraffin liquidum atau minyak lain.
3. Unguentum
Endodermik
Bekerja
> dalam dari permukaan kulit.
Vehikulum
= Adeps lanae, lanolin dll.
Adeps lanae Com
hidrucum ( menyerap air ).
c.
Cream = Cremor = Krim
Definisi : Salep yang banyak mengandung air,
sehingga memberikan perasaan sejuk bila dioleskan pada kulit.
Sebagai vehikulum
dapat dipakai emulsi kental berupa:
1. Emulsi W/O
2. Emulsi O/W
Emulgator merupakan bahan pengemulsi, yang
paling baik adalah yang bersifat non tonik karena tak bereaksi dengan bahan
aktif.
Keuntungan Cream :
1.
Aplikasi mudah
2.
Mendinginkan kulit
3. Mudah
dibersihkan.
Kerugian :
1. Tidak stabil terutama bila kena asam organik
( As salisilat, As Benzonat, Asam tanat ) dan panas.
2.
Mudah mengering karena cairan menguap.
Indikasi Cream :
1.
Imflamasi akut
2.
Dermatosis luas
3.
Penetrasi (Emulgator tuwen, span)
4.
Daerah berambut (O/W)
5. Kulit kering
(W/O).
d.
PASTA.
Sediaan setengah padat yang mengandung bahan padat : 40 – 50 %
Sifat:
-
Tak memberikan rasa “berminyak”
-
Sebagai bahan padat : zinci oxydum, calcii carbonas (kapur), amylum (pati),
talcum (silikat)
Kelebihan Pasta:
-
Mengikat cairan sekret
-
Tidak iritasi lokal karena tidak penetrasi
-
Lebih melekat pada kulit
-
Mempunyai daya abrasif (daya menggosok) untuk pembersih gigi
Kekurangan pasta
-
Lebih keras dari pada unguentum sehingga sukar dioleskan dan kadang nyeri.
-
Sukar dibersihkan
-
Contoh : pasta lassari (anti septik), pasta dentrifrika (penyegar gigi)
e.
Sapo = Sabun.
Definisi
Sediaan
½ padat / cair untuk obat luar yang penggunaannya digosok sampai berbusa,
dibiarkan sebentar lalu dicuci bersih.
Didapat
dari proses penyabunan alkali dengan lemak atau asam lemak tinggi.
Tujuan
Anti septik
Anti ketombe
Anti akne
Anti jamur
Keuntungan:
Daerah
pengobatannya luas, bersih tak berbekas.
Contoh :
1.
Sapo kalimas, sabun Hijau
Lemak, kuning kehijau-hijauan / kecoklatan
Mengandung Glycerin
Dibuat dari KOH + Minyak Nabati.
2. Sapo Medicating
Keras kekuning-kuningan tidak mengandung Glicerin.
Dibuat dari Na OH + Minyak / Lemak meningkat.
Sapo
Superadiparatus.dibuat dari sapo medicatus + 16 % Sapo kalimas + 4 % adeps
lanal.
Sapo
Superadipatus sering digunakan sebagai basis bagi bahan berkhasiat
Balsanum
peruvianum
Sabun Purol
Ichtyol Sabun Ichtyol
Sulfur Precipitatum
Sabun Deosulfur
Phenol Sabun Anti septik
Oxymercuri –O- Toluyl Natrium Sabun Afridol.
f.
Collemplastrum (Plester)
Definisi :
Sediaan
½ padat yang penggunaannya sebagai obat luar, dioleskan pada kain yang
elastis , diaplikasikan pada kulit yang sakit.
Tujuan :
Counter Irritant
Keratolitik
Anti septik
Contoh :
Collemplastum ad
clavos : mengandung Acidum Salicylicum konsentrasi tinggi (10-20%)sebagai
keratolitik untuk clavus (katimumul).
Collemplastrum Zinci
Oxydi : mengandung Zinci Oxydum sebagai antiseptik. Contohnya (Leucoplast).
Collemplastrum yang
mengandung MethylSalicylas atau Oleoresin dari Capsicum untuk ditempelkan pada
kulit guna mengurangi berbagai penyakit otot secara lokal (myalgia). Contohnya
Salonpas.
Collemplastrum Zinci
Oxydi : mengandung Zinci Oxydum sebagai antiseptik. Contohnya (Leucoplast).
Collemplastrum yang
mengandung MethylSalicylas atau Oleoresin dari Capsicum untuk ditempelkan pada
kulit guna mengurangi berbagai penyakit otot secara lokal (myalgia). Contohnya
Salonpas.
2.3 Persyaratan salep
Persyaratan
Salep (Repetitorium Teknologi Sediaan Steril, Benny Logawa,46)
•Bersifat mudah berubah bentuk dengan adanya energi
mekanis, sepertiàplastis
penggosokan pada saat penggunaannya, sehingga mudah menyesuaikan dengan
profil permukaan tubuh tempat salep digunakan.
yang memungkinkan bentuknya stabil saat
penyimpanan dan setelah digosokkan pada kulità•Memiliki
struktur gel
•Ikatan yang bersifatàpembentukan
struktur gel berupa ikatan van der walls reversibel secara teknis, sehingga
viskositas salep akan menurun dengan meningginya suhu. Hal ini diharapkan
terjadi pada saat salep digosokkan pada kulit.
•Harus
agar setelah digosokkan pada kulit dapatàmemiliki aliran tiksotropik membentuk
kembali viskositas semula, hal ini mencegah mengalirnya salep setelah
digososkkan pada kulit.
2.4 Aturan
Umum Salep
Van
Duin hal 115-122, Ilmu Meracik Obat, hal. 55
•Zat
yang dilarutkan dalam dasar salep dilarutkan bila perlu dengan pemanasan
rendah.
Pada
umumnya kelarutan obat yang ditambahkan dalam salep lebih besar dalam minyak
lemak daripada dalam vaselin misalnya kamfora, mentol, fenolum, timolum dan
guayakolum dilarutkan dengan cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak.
Bila dasar salep mengandung vaselin, zat-zat digerus halus, dan ditambahkan
sebagian (kira-kira sama banyak) vaselin sampai homogen, baru ditambahkan
sisa vaselin dan dasar salep yang lain. Kamfora dilarutkan dalam spritus
fortior secukupnya sampai larut baru ditambah dasar salep sedikit demi sedikit.
•Zat
yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu
mendukung/menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang tersedia,
setelah itu ditambahkan bagian dasar salep yang lain.
Contoh zat yang melarut dalam air adalah kalium iodide, tanin, natrium
penisilin. Dasar salep yang menyerap air adalah adeps lanae, unguentum simplex,
dan dasar salep hidrofilik. Dasar salep yang sudah mengandung air adalah
lanolin (25% air), unguentum liniens (25%), unguentum cetylicum hydrosum
(40%).
•Zat
yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih dulu diserbuk dan diayak dengan
derajat ayakan 100.
Contohnya : ZnO dan Acidum boricum. Zat yang telah diserbuk dicampur
dengan dasar salep (sama banyak), bila perlu dasar salep dilelehkan dahulu
(dalam mortir dan stamper panas), setelah itu ditambahkan bahan-bahan lain
sedikit demi sedikit sambil digerus, untuk mencegah pengkristalan pada waktu
pendinginan seperti Cera flava, Cera alba, Cetylalcoholum dan Parafinumsolidum
tidak tersisa dari dasar salep yang cair dan lunak. Asam borat tidak boleh
dengan pemanasan.
•Bila
dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harus diaduk sampai
dingin.
Bila
bahan-bahan dari salep mengandung kotoran, maka masa salep yang meleleh perlu
dikolir (disaring dengan kain kasa). Masa kolatur ditampung dalam mortar panas
dan diaduk sampai dingin. Pada pengkoliran ini terjadi masa yang hilang, maka
bahan-bahannya harus dilebihkan 10-20%.
2.5 Tujuan
Pembuatan Salep
•Pengobatan
lokal pada kulit
•Melindungi
kulit (pada luka agar tidak terinfeksi)
•Melembabkan
kulit
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
yang dimaksud dengan salep adalah sediaan
setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput
lendir. Dasar
salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat kelompok yaitu dasar
salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci
dengan air dan dasar salep larut dalam air.
·
Penggolongan salep Berdasarkan Kerja
Farmakologi ada : Salep Epidermik,
Salep Endodermik,
Salep Diadermik.
·
Tujaun dibuat salep : Pengobatan lokal
pada kulit, Melindungi kulit (pada luka agar tidak
terinfeksi), Melembabkan kulit.
·
Penggolongan
salep berdasarkan Sifat Farmasetik
: Salep berbasis Minyak,salep
berbasis emulsi,salep berbasis absorbsi,salep berbasis larut air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar